Selasa, 22 April 2014

MACAM - MACAM WAYANG


Seni pagelaran wayang merupakan salah satu seni budaya klasik bangsa Indonesia yang telah mendarah daging dari generasi ke generasi. Sebegitu pentingnya pagelaran wayang menjadi salah satu identitas utama budaya Indonesia.


Menyaksikan pagelaran wayang sama artinya dengan bercermin. Masalah-masalah yang tersirat dalam lakon-lakon pewayangan memiliki makna sendiri-sendiri. Dan analoginya sangat masuk akal di kehidupan sehari-hari. Tak jarang cerminan lakon-lakon pewayangan acap dijadikan suri teladan. Wayang mampu menyuguhkan pendidikan dan pengetahuan tanpa menggurui sekaligus menghibur.



MACAM MACAM JENIS WAYANG

Ada bermacam - macam wayang yang dapat kita jumpai di Jawa. Wayang tersebut terdiri dari bermacam-macam bahan pula. Beberapa jenis wayang tersebut dapat disebutkan sebagai berikut :



Wayang Purwa

Pada umumnya lakon yang dibawakan dalam Wayang Purwa diambil dari ramayana dan Mahabarata. bentuk wayang ini sangan berbeda dengan tubuh manusia pada umunya dan diukir dengan system tertentu sehingga masing-masing seimbang.

Pada mulanya bentuk Wayang Purwa didasarkan pada bentuk relief candi, lambat laun bentuk itu mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pribadi masyarakat indonesia (Jawa).

Didalam Wayang Purwa (juga pada jenis wayang yang lain), ukirang besar (tinggi)nya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu :



Wayang Kaper

Wayang Kaper adalah ukuran wayang kulit yang terkecil. pembuatan wayang yang berukuran besar jenis ini, misalnya Wayang Bima atau raksasa dibuat sama besernya dengan wayang Kresna atau Arjuna pada jenis wayang pedalangan. Kemudian ukuran pada wayang-wayang lainnya disesuaikan. Pada umumnya Wayang Kaper diperuntukkan bagi anak-anak yang mempunyai bakat dalam bidang pewayangan (pedalangan).

Dalam hal ini R. M. Sajid menjelaskan sebagai berikut : "Wayang Kaper itu diartikan bila di "sabet"kan pada kelir kelihatan tidak jelas dari bentuk-bentuk tokoh wayang apa. hanya kelihatan bergerak-gerak, seolah-olah tampak hanya sebagai kaper-kaper atau kupu-kupu kecil yang berkeliaran disekitar lampu, karena kecilnya wayang".



Wayang Kidang Kencanan

Wayang Kidang Kencanan adalah salah satu jenis ukuran Wayang kulit yang lebih besar dari jenis Wayang Kaper. Wayang Kidang Kencanan yang terbesar ukurannya seperti wayang Bima atau Raksasa dibuat sama besarnya dengan Wayang Gatot Kaca pada jenis Wayang Pedalangan. Jenis Wayang ini juga sering disebut Kencanan yang berarti sedang. Maksud pembuatan Wayang jenis ini agar bila digunakan dalam pentas tidak terlalu berat.



Wayang Pedalangan

Jenis Wayang Pedalangan ini adalah Wayang Kulit yang ukuran besarnya umum dipergunakkan dalam masyarakat. sebagai contoh ukuran Wayang Pedalangan Wayang Kulit Purwa gaya Yogyakarta adalah sebagai berikut :

  • Wayang Bima - Tinggi : 70,7 cm dan Lebar : 30,2 cm
  • Wayang Arjuna - Tinggi : 44,5 cm dan Lebar : 17,5 cm
  • Wayang Sembadra - Tinggi : 20,4 cm dan Lebar : 14 cm
  • Wayang Batara Kala (Jenis raksasa) - Tinggi : 83 cm dan Lebar : 42,5 cm

Wayang Ageng

Wayang Ageng merupakan ciptaan Mangkunegara IV Surakarta. Cerita Wayang yang dipergelarkan melanjutkan cerita Wayang Purwa, yaitu dari Yudayono sampai Jayalengkara. Pada umumnya Wayang Madya, tokoh-tokoh raja tidak memakai Praba (sinar dan nimbus), suatu perhiasan yang dipakai pada punggung setiap raja sebagai lambang kedudukannya. Cara memakai kainnya ialah dengan apa yang dinamakan "banyakan" (laksana tablat angsa).



Wayang Klithik

Boneka Wayang ini wujudnya pipih, walaupun tidak setipis kulit dan dibuat dari kayu. lengan atau tangannya dibuat dari kulit sapi atau kerbau. Jenis Wayang ini untuk menceritakkan Tanah Jawa, khususnya kerajaan Majapahit dan Pajajaran.




Wayang Beber

Wayang Beber merupakan gambar Wayang yang dilukiskan pada kain putih. Wayang Beber biasanya terdiri dari 4 gulung yang berisikan 16 adegan. Uraian R.M. Sajid mengenai Wayang Beber adlah sebagai berikut : "Wayang Beber itu bukan Wayang yang dipergunakan untuk "mbrang" (ngamen) yang kemudian dipertunjukkan dijalan-jalan. Kata "Beber" dalam hal ini berarti direntangkan, yang dalam bahasa Jawa digelar atau dijembreng. Setiap kali diceritakan lalu gambar Wayang itu direntangkan agar dikertahui oleh penonton bagaimana bentuk lukisan dari cerita tersebut.




Wayang Gedog

Wayang Gedog diciptkan oleh Sunan Giri, untuk dipergunakan dalam cerita Panji, yang gelung "sapit urang" pada tokoh-tokoh rajanya. Pada wayang jenis ini tidak ditemukan wayang-wayang raksasa dan wayang-wayang kera. Semua memakai kain kapa yang disebut " Hudeg Gilig".



Wayang Golek

Boneka kebanyakan berpakain jubah (baju panjang0 tanpa digerakkan secara bebas dan terbuat dari kayu yang bentuknya bulat seperti lazimnya boneka.
Cerita wayang jenis ini bersumber pada serat Menak yang berisikan cerita Arab. tetapi ada beberapa daerah yang menggunakan cerita yang biasa digunakan dengan jenis wayang Purwa, yaitu Ramayana dan Mahabarata.

Boneka ini kebanyakan berpakaian jubah (baju panjang), tanpa berkain panjang, memakai serban (ikat kepala ala Arab), memakai sepatu, pedang dan perlengkapan lainnya.



Selain yang telah disebutkan diatas masih ada beberapa jenis wayang lainnya ; misalnya Wayang Kancil, Wayang Suluh, Wayang Pancasila, Wayang Wahyu dan masih ada beberapa lagi. bentuk-bentuk wayang tersebut ada juga yang mengambil dasar Wayang Purwa yang mendapat perubahan-perubahan atributnya

besok kita lanjut lagi yah penjelasan mengenai macam-macam wayangnya..
semoga bermanfaat ya ;)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar