Sabtu, 17 Mei 2014

wayang rumput

Hi, WAVERS!


Kali ini kita akan membahas seputar WAYANG RUMPUT

ada yang sudah tau apa itu WAYANG RUMPUT? cerita singkat mengenai  WAYANG RUMPUT ; merupakan mainan anak-anak kecil di desa pada suatu masa, yang sekarang nampaknya memang sudah punah.

namun hal itu kembali dihidupkan kembali oleh seorang seniman bernama Munthalib (M. Thalib)
M. ThalibPrasojo. Sketser, Pelukis, Pematung, Pemahat, Pemangku Budaya Jawa.
Lahir di Bojonegoro, 17 Juni 1931
.

Karena rumput adalah simbol rakyat jelata, yang tahan terhadap berbagai goncangan, bahkan lautan rumput yang terbakar habis sekalipun masih selalu saja bangkit dengan tunas-tunas barunya. Rumput-rumput muda yang ranum itupun menjadi makanan lezat bagi mamalia. Berulangkali rumput diinjak, dilindas dan dimusnahkan, namun selalu saja tumbuh kembali. Grass root society, masyarakat akar rumput, adalah sebutan bagi golongan rakyat jelata.


Pembuatan Wayang Rumput


Perihal membuat wayang rumput ini bisa dibilang "susah-susah-gampang" mengapa? proses pembuatannya sama halnya dengan cara 

'menganyam'. ingin para wavers ingin mencoba untuk membuat benda yang sangat unik ini? ini dia cara membuatnya! check it out!... :)


Bahan yang dibutuhkan adalah bunga rumput bertangkai panjang

Rumput ini berasal dari Purbalingga, namun bisa diganti menggunakan rumput apapun, yang penting berukuran panjang ya Wavers..






Ambil sehelai tangkai bunga dan tekuklah seperti gambar dua dan "dibundeli" (dibikin simpul / diikat) seperti gambar 3. Ambil lagi sehelai tangkai bunga rumput, bagian berbulu sejajar dengan bagian berbulu lainnya dan tekuk hingga akhirnya bila dikerjakan sehelai demi sehelai akan membentuk anyaman seperti pada gambar 6.

Detail 1 dan 2 memperlihatkan detail anyaman, terus menerus dikerjakan sambil tangan menggenggam genggaman helai rumput yang semakin menebal.

Bila kepala wayang sudah terbentuk (tergantung imajinasi Anda, rambutnya bisa digulung tekuk keatas dan dibuat simpai) Cobalah membuat kepala wayangnya terlebih dulu.

Catatan:
Bila kepala wayang sudah selesai, ikat bagian badannya dengan karet untuk menunggu langkah berikutnya. Kalau sudah berhasil membuat KEPALA WAYANG baru dilanjutkan ke tahapan berikutnya. Silakan dicoba!


 

 



jika terus menerus berlatih dan nantinya akan menjadi sebuah wayang rumput yang menarik hingga seperti ini. 

semangat berlatih ya wavers!





Jumat, 02 Mei 2014

Hi Wavers !!



Hello Wavers, kita ganti topik yah..

minggu ini kita akan bahas mengenai Wayang Rumput (Suket) ya

wavers ; )

supaya kalian semua juga bisa tambah pengetahuan lagi tentang

 berbagai macam tipe wayang yang negara kita miliki..

jangan bosan untuk terus mengetahui informasi tentang kekayaan 

budaya kita yah

jangan sampe orang dari negri lain yang lebih mengerti dan 

mengatahui tentang budaya kita dibanding kita sendiri. OK !!

ga rela kan kalo kekayaannya direbut sama orang lain ;)

Semoga bermanfaat yah untuk kalian semua


.. God Bless U ..

Fakta Fakta Unik tentang Wayang

Fakta Fakta Unik Mengenai Wayang

1. Dalang si Manusia Ajaib
dalang cilik
Seorang dalang cilik tengah melakonkan suatu adegan dalam pertunjukan wayang kulit. 
Pertunjukan wayang tidak bisa berlangsung tanpa dalang. Dalang adalah seseorang yang memiliki keahlian khusus dalam memainkan wayang. Selain harus mampu membawakan cerita, dalang juga harus bisa membawakan sifat dan karakter semua tokoh wayang.
Misalnya, saat tokoh Lesmana  tampil, suara dalang harus lemah lembut. Saat tokoh Burisrawa  keluar, suara dalang harus berbicara lantang, keras, dan menakutkan. Demikian juga saat tokoh Bimasena  keluar, dalang harus berbicara dengan suara berat, lantang, dan tegas.
Dengan kata lain, seorang dalang harus mampu memainkan seribu tokoh wayang. Keahliannya memainkan tokoh-tokoh wayang dengan memunculkan sifat dan karakter sang tokoh itulah membuat dalang sering dijuluki manusia ajaib .
2. Tokoh-Tokoh Sakti
bagaspati
Bagawan Bagaspati, tidak bisa mati.
Kesaktian merupakan sesuatu yang sangat menarik dalam sebuah cerita. Dalam cerita wayang, cukup banyak tokoh yang memiliki kesaktian.
Misalnya, Bagawan Bagaspati  yang memiliki kesaktian Ajian Chandrabirawa , sehingga ia tidak bisa mati kecuali atas kemauan sendiri.
Tokoh Antasena  memiliki kesaktian bisa terbang, menyelam ke dalam air, dan amblas ke dalam bumi. Selain itu, Antasena juga memiliki pusaka Cupu Madusena . Pusaka ini bisa menghidupkan kembali para Pandawa yang telah mati karena disekap dalam penjara besi di dalam laut.
Tokoh Antareja  memiliki banyak kesaktian.Salah satunya adalahAjian Upas  pada lidahnya. Hanya dengan menjilat bekas telapak kaki,  seseorang bisa mati. Antareja juga memiliki Cincin Mustikabumi . Selama masih menginjak tanah, ia tak akan mati. Cincin ini juga bisa untuk menghidupkan kembali orang mati di luar takdir. Selain itu, Antareja juga bisa berjalan menembus ke dalam bumi.
Selain tokoh-tokoh tersebut, masih banyak lagi tokoh-tokoh wayang yang memiliki kesaktian yang mengagumkan.
3. Pusaka-Pusaka Sakti
Kuku Pancanaka
Kuku Pancanaka di tangan Bimasena.
Beberapa tokoh pewayangan memiliki senjata atau pusaka sakti. Pusaka sakti biasanya digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Kuku Pancanaka  merupakan senjata ajaib berupa kuku jempol tangan yang melengkung panjang, kuat, dan sangat tajam.Senjata Kuku Pancanaka dimiliki oleh Bimasena.Bimasena pernah menggunakan Kuku Pancanaka untuk membabat hutan,serta untuk menyerang musuhnya Dursasana.
Tombak Konta  merupakan senjata sakti milik Adipati Karna . Senjata ini sangat ampuh, tetapi hanya dapat digunakan satu kali. Karna ingin menggunakan senjata Konta untuk melawan Arjuna, tetapi karena terdesak, ia menggunakan senjata Konta untuk mengalahkan Gatotkaca.
Panah Nagapasa  merupakan pusaka milik Indrajit . Ketika anak panah Nagapasa ini dilepaskan akan mengeluarkan ribuan ular berbisa. Indrajit pernah menggunakan panah Nagapasa untuk mengalahkan Rama dan Laksmana.
Panah Pasopati  merupakan pusaka milik Arjuna . Panah ini ujungnya berbentuk bulan sabit. Panah Pasopati pernah digunakan oleh Arjuna dalam perang Bharatayudha.
Panah Cakra Baskara  merupakan pusaka milik Batara Wisnu , juga milik Prabu Kresna.  Senjata ini berupa anak panah dengan ujung berbentuk roda dengan tepi bergerigi seperti gir.
4. Makluk Setengah Hewan
lembusura
Lembusura, siluman raksasa berkepala lembu/sapi.
Dunia pewayangan menampilkan kisah manusia, dewa-dewi,  para raksasa, juga makluk-makluk gaib. Munculnya tokoh makluk gaib, sering membuat cerita wayang menjadi lebih seru. Makluk-makluk gaib itu, antara lain Lembusura.  
Lembusura adalah siluman berwujud raksasa berkepala sapi. Lembusura tinggaldi Gowa Kiskenda dan menjadi patih Prabu Maesasura . Mahesasura merupakan raksasa berkepala kerbau. Selain dua tokoh tersebut, masih ada lagi tokoh bernamaDiradasura , yang berwujud raksasa berkepala gajah.
5. Manusia-Manusia Kera
hanoman
Hanoman si kera putih yang berjasa menyelamatkan Dewi Sita.
Dalam kisahRamayana , banyak muncul tokoh manusia kera atauwanara ,sepertiSugriwa, Subali, Anjani,Hanoman, Anggada, Anila,  dan lainnya.
Tokoh wanara yang paling terkenal adalah Hanoman si kera putih. Hanoman adalah putera Batara Bayu dengan Anjani.
Dalam kisah Rama mencari Sita, Hanoman menjadi pahlawan karena berhasil membebaskan istri Rama dari cengkaraman raksasa Rahwana , raja Alengka.
Hanoman memiliki kelebihan bisa terbang, bisa berubah wujud, bisa memotong gunung, dan berumur sangat panjang.    

Antasena
Antasena, memiliki kesaktian bisa terbang, menyelam di laut, dan amblas ke dalam bumi.
Antareja
Antareja, bisa menembus ke dalam bumi.
tombak konta
Tombak Konta milik Adipati Karna
panah nagapasa
Panah Nagapasa milik Indrajit.
panah pasopati
Panah Pasopati milik Arjuna
panah cakra
Panah Cakra milik Prabu Kresna.
Anjani
subali
Subali
sugriwa
Sugriwa

Sabtu, 26 April 2014

KI NARTOSABDO (Sang Maestro Budaya Jawa)

KI NARTOSABDO (lahir di Klaten, 25 Agustus 1925 – meninggal di Semarang, 7 Oktober 1985 pada umur 60 tahun) adalah seorang seniman musik dan dalang wayang kulit legendaris dari Jawa Tengah, Indonesia. Salah satu dalang ternama saat ini, yaitu Ki Manteb Soedharsono mengakui bahwa Ki Nartosabdo adalah dalang wayang kulit terbaik yang pernah dimiliki Indonesia dan belum tergantikan sampai saat ini.



Nama asli Ki Nartosabdo adalah Soenarto. Merupakan putra seorang perajin sarung keris bernama Partinoyo. Kehidupan masa kecilnya yang serba kekurangan membuat Soenarto putus sekolah dalam pendidikan formalnya, yaitu Standaard School Muhammadiyah atau SD 5 tahun.

Kehidupan ekonomi yang serba sulit membuat Soenarto bekerja membantu pendapatan keluarga melalui bakat seni yang ia miliki. Antara lain ia pernah menjadi seorang pelukis, juga sebagai pemain biola dalam orkes keroncong Sinar Purnama. Bakat seni tersebut semakin berkembang ketika Sunarto dapat melanjutkan sekolah di Lembaga Pendidikan Katolik.

Pada tahun 1945 Soenarto berkenalan dengan pendiri grup Wayang Orang Ngesti Pandowo, yaitu Ki Sastrosabdo. Sejak itu ia mulai mengenal dunia pedalangan di mana Ki Sastrosabdo sebagai gurunya. Bahkan karena jasa-jasanya membuat banyak kreasi baru bagi grup tersebut, Soenarto memperoleh gelar tambahan “Sabdo” di belakang nama aslinya. Gelar itu diterimanya pada tahun 1948, sehingga sejak saat itu namanya berubah menjadi Nartosabdo.

Meskipun berasal dari Jawa Tengah, namun Ki Nartosabdo muncul pertama kali sebagai dalang justru di Jakarta, tepatnya di Gedung PTIK yang disiarkan secara langsung oleh RRI pada tanggal 28 April 1958. Lakon yang ia tempilkan saat itu adalah Kresna Duta. Pengalaman pertama mendalang tersebut sempat membuat Ki Narto panik di atas pentas karena pada saat itu pekerjaannya yang sesungguhnya ialah pengendhang grup Ngesti Pandowo

Ki Narto sejak remaja sudah menggemari para dalang ternama, seperti Ki Ngabehi Wignyosoetarno dari Sala dan Ki Poedjosoemarto dari Klaten. Ia juga tekun membaca berbagai buku tua. Kepala Studio RRI waktu itu, Sukiman menawari Ki Narto untuk mendalang, sehingga jadilah pertunjukan di PTIK tersebut.

Penampilan perdana itu langsung mengangkat nama Ki Narto. Berturut-turut ia mendapat kesempatan mendalang di Solo, Surabaya, Yogya, dan seterusnya. Lahir pula cerita-cerita gubahannya, seperti Dasa Griwa, Mustakaweni, Ismaya Maneges, Gatutkaca Sungging, Gatutkaca Wisuda, Arjuna Cinoba, Kresna Apus, dan Begawan Sendang Garba. Semua itu ia dapatkan karena banyak belajar sendiri, tidak seperti dalang lain yang pada umumnya lahir dari keturunan dalang pula, atau ada pula istilah dalang kewahyon (mendapat wahyu).

Karena sering mementaskan lakon carangan Ki Narto pun sering mendapat banyak kritik. Ia juga dianggap terlalu menyimpang dari pakem, antara lain berani menampilkan humor sebagai selingan dalam adegan keraton yang biasanya kaku dan formal. Namun kritikan-kritikan tersebut tidak membuatnya gentar, justru semakin banyak berkarya.

Ki Nartosabdo dapat dikatakan sebagai pembaharu dunia pedalangan di tahun 80-an. Gebrakannya dalam memasukkan gending-gending ciptaannya membuat banyak dalang senior yang memojokkannya. Bahkan ada RRI di salah satu kota memboikot hasil karyanya.

Meskipun demikian dukungan juga mengalir antara lain dari dalang-dalang muda yang menginginkan pembaharuan di mana seni wayang hendaknya lebih luwes dan tidak kaku.

Selain sebagai dalang ternama, Ki Narto juga dikenal sebagai pencipta lagu-lagu Jawa yang sangat produktif. Melalui grup karawitan bernama Condong Raos yang ia dirikan, lahir sekitar 319 buah judul lagu (lelagon) atau gending, antara lain Caping Gunung, Gambang Suling, Ibu Pertiwi, Klinci Ucul, Prau Layar, Ngundhuh Layangan, dan Rujak Jeruk.

Wayang Orang



Wayang Orang

Wayang Orang merupakan bentuk perwujudan dari wayang kulit yang diperagakan oleh manusia. Jadi kesenian wayang orang ini merupakan refleksi dari wayang kulit. Bedanya, wayang orang ini bisa bergerak dan berdialog sendiri. 

Fungsi dan pementasan Wayang Orang, disamping sebagai tontonan biasa kadang-kadang juga digunakan untuk memenuhi nadzar. 
Sebagaimana dalam wayang kulit, lakon yang biasa dibawakan dalam Wayang Orang juga bersumber dari Babad Purwa yaitu Mahabarata dan Ramayana. Kesenian Wayang Orang yang hidup dewasa ini pada dasarnya terdiri dari dua aliran yaitu gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta. 
Perbedaan yang ada di antara dua aliran terdapat terutama pada intonasi dialog, tan, dan kostum.
Dialog dalam Wayang Orang gaya Surakarta lebih bersifat realis sesuai dengan tingkatan emosi dan suasana yang terjadi, dan intonasinya agak bervariasi. 
Dalam Wayang Orang gaya Yogyakarta dialog distilisasinya sedemikian rupa dan mempunyai pola yang monoton. 


Wayang Orang Surakarta


Wayang Orang Yogyakarta




Hampir semua group Wayang Orang yang dijumpai menggunakan dialog gaya Surakarta. Jika toh ada perbedaan, perbedaan tersebut hanya terdapat pada tarian atau kadangkadang pada kostum. 
Untuk menyelenggarakan pertunjukan wayang orang secara lengkap, biasanya dibutuhkan pendukung sebanyak 35 orang, yang terdiri dan: 
(1) 20 orang sebagai pemain (terdiri dari pria dan wanita); 
(2) 12 orang sebagai penabuh gamelan merangkap wiraswara
(3) 2 orang sebagai waranggana
(4) 1 orang sebagai dalang


Penabuh Gamelan




Waranggana (pesinden)


Dalang



Dalam pertunjukan Wayang Orang, fungsi dalang yang juga merupakan sutradara tidak seluas seperti pada wayang kulit.
Dalang wayang orang bertindak sebagai pengatur perpindahan adegan, yang ditandai dengan suara suluk atau monolog. 
Dalam dialog yang diucapkan oleh pemain, sedikit sekali campur tangan dalang. Dalang hanya memberikan petunjuk-petunjuk garis besar saja. Selanjutnya pemain sendiri yang harus berimprovisasi dengan dialognya sesuai dengan alur ceritera yang telah diberikan oleh sang dalang. 
Pola kostum dan make up Wayang Orang disesuaikan dengan bentuk (patron) wayang kulit, sehingga pola tersebut tidak pernah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Pertunjukan Wayang Orang menggunakan konsep pementasan panggung yang bersifat realistis. 


Tata Rias Wayang Orang







Setiap gerak dari pemain dilakukan dengan tarian, baik ketika masuk panggung, keluar panggung, perang ataupun yang lain-lain.
Gamelan yang dipergunakan seperti juga dalam wayang kulit adalah pelog dan slendro dan bila tidak lengkap biasanya dipakai yang slendro saja. 
Lama pertunjukan wayang orang biasanya sekitar 7 atau 8 jam untuk satu lakon, biasanya dilakukan pada malam hari.
Pertunjukan pada siang hari jarang sekali dilakukan. 
Sebelum pertunjukan di mulai sering ditampilkan pra-tontonan berupa atraksi tari-tarian yang disebut ekstra, yang tidak ada hubungannya dengan lakon utama.

video tentang kesenian ini



Rabu, 23 April 2014

macam macam wayang (cont')

Wayang Kancil

Wayang Kancil adalah genre wayang baru dari Indonesia dimana para aktor sebagian besar hewan dan cerita terutama diambil dari cerita tentang Kancil, seekor kancil (rusa sangat kecil mirip dengan chevrotain) terkenal diseluruh Asia Tenggara. Cerita-cerita ini diyakini sebagai "dunia" dimana moral dan nilai-nilai yang diajarkan untuk anak-anak dan orang dewasa juga. Wayang Kancil diciptakan oleh Bo Liem dan pembuatnya Lie Too Hien (1925) untuk media pendidikan. Wayang Kancil dihidupkan kembali pada tahun 1980 di Yogyakarta oleh Ki Ledjar Soebroto - pembuat boneka dan puppeter, dari Sanggar Rumiati. Dongeng Kancil ini diambil dari Serat Kancil Kridomartono karangan Panji Nutoroto atau dari karangan Raden Sastrowijoyo.

Bahan : Kulit Kerbau dan Tanduk Kerbau

Pertunjukkan Wayang Kancil memiliki susunan yang sangat mirip layar, dalang dan gamelan klasik Wayang Kulit. Dalang duduk didepan layar kain besar dengan tampilan boneka. Boneka yang tidak digunakan dalam kinerja tertentu menyebar kekiri dan kanan disamping layar. Hewan liar, memiliki karakter buruk seperti harimau, singa, buaya dan babi liar. Sedangkan yang ditempatkan disebelah kiri adalah hewan jinak itu mewakili orang-orang baik seperti rusa, burung, sapi, ikan dan kuda, ditempatkan disisi kanan layar. Kadang-kadang, bagaimanapun, kinerja tidak dilakukan 'dibabak' dan Wayang ditempatkan kedinding sehingga penonton hanya melihat boneka dari belakang dalang.



Wayang Suluh

Bentuknya baik potongan maupun pakaiannya mirip dengan orang dalam kehidupan sehari-hari. Wayang ini timbul pada masa perjuangan kemerdekaan yaitu tahun 1945 - 1949. Wayang Suluh berarti Wayang Penerangan, Kata Suluh berarti pula obor sebagai alat penerangan ditempat gelap. Wayang Suluh dibuat pertama kali pada tahun 1947 oleh Departemen Penerangan RI. Wayang Suluh dipergunakkan untuk penyuluhan yang bersifat propaganda perjuangan agar Bangsa Indonesia bersemangat berjuang dalam rangka tokoh perjuangan seperti Soekarno dan Hatta serta tokoh-tokoh Belanda.

Bahan Dasar : Kulit Kerbau dan Tanduk Kerbau

"Sesuluh" berarti memberikan penjelasan atau membuat hati yang gelap menjadi terang, memberikan pencerahan dari yang belum tahu menjadi mengerti.

"Penyuluhan" emberikan pengertian, penjelasan suatu hal baru kepada masyarakat yang belum mengerti sehingga mereka paham akan suatu program pembangunan yang dilakukan pemerintah Orde Baru, bahasa sekarang "Sosialisasi".

"Penyuluh" atau Juru Penerang, adalah orang atau pegawai pemerintah yang tugasnya memberikan penyuluhan atau penerangan tentang berbagai program pemerintah kepada masyarakat.

"Dalang" pada jaman itu juga berlaku sebagai Juru Penerang pemerintah ikut menyebarluaskan program-program pembangunan dan salah satu medianya adalah dengan menggunakan Wayang Suluh.



Wayang Kulit Sasak

Wayang Kulit Sasak berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Disebut Sasak karena pembuatannya berasal dari etnis Sasak. Penatah Wayang Sasak sampai saat ini ialah Amak Rahimah. Dahulu Wayang Sasak dipergunakan untuk berdakwah agama Islam dipulau Lombok. Sekarang dipertontonkan dan untuk Upacara adat, misalnya masyarakat Malang Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Bentuk Wayang Sasak mirip dengan Wayang Kulit Gedog. Koleksi Wayang Kulit Sasak yang ada diMuseum Wayang dibuat tahun 1925. Cerita Wayang Sasak mengisahkan Amir Hamzah (Paman Nabi Muhammad SAW). Amir Hamzah dalam Wayang Kulit Sasak, namanya diganti sesuai dengan nama Indonesia (Jawa) yaitu Wong Agung Menak Jayangrana. Pedoman yang dipakai huruf bahasa Jawa, diambil dari serat Menak karangan Yosodipura.

Bahan Dasar : Kulit Kerbau dan Tanduk Kerbau




Wayang Kulit Cina Jawa

Wayang Kulit Cina Jawa lahir di Yogyakarta tahun 1925 dan diciptakan oleh Gan Thwan Sing. Diperkirakan, Wayang ini pernah berjaya sekitar 1930 hingga 1960-an. Setelah sang dalang sekaligus penciptanya wafat sekitar tahun 1966, Wayang ini pun punah.

Bahan Dasar : Kulit Kerbau dan Tanduk Kerbau

Wayang Kulit Cina Jawa satu-satunya di Indonesia yang terdapat di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Cerita Wayang Kulit ini mengambil dari Cina, Naskah Ceritera Wayang Cina menurut Penelti Budaya Cina-Jawa dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Dwi Woro Retno Mastuti pada saat ini masih terdapat sebanyak 119 naskah yang tersebar diberbagai tempat a.l. : Perpustakaan Nasional Indonesia Jakarta, FIPB-UI, Museum Radyo Pusta-Museum Sono Pustaka Surabaya, Sedangkan sisanya ada di Leiden Belanda dan di Berlin Jerman. Sedangkan musik dan bahasanya memakai kebiasaan Jawa.

Legenda Cina digunakan sebagai materi cerita lakon Wayang. Sementara tata cara pertunjukkan Wayang Jawa digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan legenda China. Konsep perkawinan dua budaya yang berbeda ini dituangkan dengan menulis lakon-lakon Wayang gaya Mataraman. Teks-teks lakon Wayang China-Jawa tersebut ditulis dalam bahasa dan Askara Jawa. Lakon-lakon itu digubah dari Khasanah folklor China kuno yang populer dalam masyarakat China perantauan.





Selasa, 22 April 2014

MACAM - MACAM WAYANG


Seni pagelaran wayang merupakan salah satu seni budaya klasik bangsa Indonesia yang telah mendarah daging dari generasi ke generasi. Sebegitu pentingnya pagelaran wayang menjadi salah satu identitas utama budaya Indonesia.


Menyaksikan pagelaran wayang sama artinya dengan bercermin. Masalah-masalah yang tersirat dalam lakon-lakon pewayangan memiliki makna sendiri-sendiri. Dan analoginya sangat masuk akal di kehidupan sehari-hari. Tak jarang cerminan lakon-lakon pewayangan acap dijadikan suri teladan. Wayang mampu menyuguhkan pendidikan dan pengetahuan tanpa menggurui sekaligus menghibur.



MACAM MACAM JENIS WAYANG

Ada bermacam - macam wayang yang dapat kita jumpai di Jawa. Wayang tersebut terdiri dari bermacam-macam bahan pula. Beberapa jenis wayang tersebut dapat disebutkan sebagai berikut :



Wayang Purwa

Pada umumnya lakon yang dibawakan dalam Wayang Purwa diambil dari ramayana dan Mahabarata. bentuk wayang ini sangan berbeda dengan tubuh manusia pada umunya dan diukir dengan system tertentu sehingga masing-masing seimbang.

Pada mulanya bentuk Wayang Purwa didasarkan pada bentuk relief candi, lambat laun bentuk itu mengalami perubahan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan pribadi masyarakat indonesia (Jawa).

Didalam Wayang Purwa (juga pada jenis wayang yang lain), ukirang besar (tinggi)nya dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu :



Wayang Kaper

Wayang Kaper adalah ukuran wayang kulit yang terkecil. pembuatan wayang yang berukuran besar jenis ini, misalnya Wayang Bima atau raksasa dibuat sama besernya dengan wayang Kresna atau Arjuna pada jenis wayang pedalangan. Kemudian ukuran pada wayang-wayang lainnya disesuaikan. Pada umumnya Wayang Kaper diperuntukkan bagi anak-anak yang mempunyai bakat dalam bidang pewayangan (pedalangan).

Dalam hal ini R. M. Sajid menjelaskan sebagai berikut : "Wayang Kaper itu diartikan bila di "sabet"kan pada kelir kelihatan tidak jelas dari bentuk-bentuk tokoh wayang apa. hanya kelihatan bergerak-gerak, seolah-olah tampak hanya sebagai kaper-kaper atau kupu-kupu kecil yang berkeliaran disekitar lampu, karena kecilnya wayang".



Wayang Kidang Kencanan

Wayang Kidang Kencanan adalah salah satu jenis ukuran Wayang kulit yang lebih besar dari jenis Wayang Kaper. Wayang Kidang Kencanan yang terbesar ukurannya seperti wayang Bima atau Raksasa dibuat sama besarnya dengan Wayang Gatot Kaca pada jenis Wayang Pedalangan. Jenis Wayang ini juga sering disebut Kencanan yang berarti sedang. Maksud pembuatan Wayang jenis ini agar bila digunakan dalam pentas tidak terlalu berat.



Wayang Pedalangan

Jenis Wayang Pedalangan ini adalah Wayang Kulit yang ukuran besarnya umum dipergunakkan dalam masyarakat. sebagai contoh ukuran Wayang Pedalangan Wayang Kulit Purwa gaya Yogyakarta adalah sebagai berikut :

  • Wayang Bima - Tinggi : 70,7 cm dan Lebar : 30,2 cm
  • Wayang Arjuna - Tinggi : 44,5 cm dan Lebar : 17,5 cm
  • Wayang Sembadra - Tinggi : 20,4 cm dan Lebar : 14 cm
  • Wayang Batara Kala (Jenis raksasa) - Tinggi : 83 cm dan Lebar : 42,5 cm

Wayang Ageng

Wayang Ageng merupakan ciptaan Mangkunegara IV Surakarta. Cerita Wayang yang dipergelarkan melanjutkan cerita Wayang Purwa, yaitu dari Yudayono sampai Jayalengkara. Pada umumnya Wayang Madya, tokoh-tokoh raja tidak memakai Praba (sinar dan nimbus), suatu perhiasan yang dipakai pada punggung setiap raja sebagai lambang kedudukannya. Cara memakai kainnya ialah dengan apa yang dinamakan "banyakan" (laksana tablat angsa).



Wayang Klithik

Boneka Wayang ini wujudnya pipih, walaupun tidak setipis kulit dan dibuat dari kayu. lengan atau tangannya dibuat dari kulit sapi atau kerbau. Jenis Wayang ini untuk menceritakkan Tanah Jawa, khususnya kerajaan Majapahit dan Pajajaran.




Wayang Beber

Wayang Beber merupakan gambar Wayang yang dilukiskan pada kain putih. Wayang Beber biasanya terdiri dari 4 gulung yang berisikan 16 adegan. Uraian R.M. Sajid mengenai Wayang Beber adlah sebagai berikut : "Wayang Beber itu bukan Wayang yang dipergunakan untuk "mbrang" (ngamen) yang kemudian dipertunjukkan dijalan-jalan. Kata "Beber" dalam hal ini berarti direntangkan, yang dalam bahasa Jawa digelar atau dijembreng. Setiap kali diceritakan lalu gambar Wayang itu direntangkan agar dikertahui oleh penonton bagaimana bentuk lukisan dari cerita tersebut.




Wayang Gedog

Wayang Gedog diciptkan oleh Sunan Giri, untuk dipergunakan dalam cerita Panji, yang gelung "sapit urang" pada tokoh-tokoh rajanya. Pada wayang jenis ini tidak ditemukan wayang-wayang raksasa dan wayang-wayang kera. Semua memakai kain kapa yang disebut " Hudeg Gilig".



Wayang Golek

Boneka kebanyakan berpakain jubah (baju panjang0 tanpa digerakkan secara bebas dan terbuat dari kayu yang bentuknya bulat seperti lazimnya boneka.
Cerita wayang jenis ini bersumber pada serat Menak yang berisikan cerita Arab. tetapi ada beberapa daerah yang menggunakan cerita yang biasa digunakan dengan jenis wayang Purwa, yaitu Ramayana dan Mahabarata.

Boneka ini kebanyakan berpakaian jubah (baju panjang), tanpa berkain panjang, memakai serban (ikat kepala ala Arab), memakai sepatu, pedang dan perlengkapan lainnya.



Selain yang telah disebutkan diatas masih ada beberapa jenis wayang lainnya ; misalnya Wayang Kancil, Wayang Suluh, Wayang Pancasila, Wayang Wahyu dan masih ada beberapa lagi. bentuk-bentuk wayang tersebut ada juga yang mengambil dasar Wayang Purwa yang mendapat perubahan-perubahan atributnya

besok kita lanjut lagi yah penjelasan mengenai macam-macam wayangnya..
semoga bermanfaat ya ;)