Wayang Kancil
Wayang Kancil adalah genre wayang baru dari Indonesia dimana para aktor sebagian besar hewan dan cerita terutama diambil dari cerita tentang Kancil, seekor kancil (rusa sangat kecil mirip dengan chevrotain) terkenal diseluruh Asia Tenggara. Cerita-cerita ini diyakini sebagai "dunia" dimana moral dan nilai-nilai yang diajarkan untuk anak-anak dan orang dewasa juga. Wayang Kancil diciptakan oleh Bo Liem dan pembuatnya Lie Too Hien (1925) untuk media pendidikan. Wayang Kancil dihidupkan kembali pada tahun 1980 di Yogyakarta oleh Ki Ledjar Soebroto - pembuat boneka dan puppeter, dari Sanggar Rumiati. Dongeng Kancil ini diambil dari Serat Kancil Kridomartono karangan Panji Nutoroto atau dari karangan Raden Sastrowijoyo.
Bahan : Kulit Kerbau dan Tanduk Kerbau
Pertunjukkan Wayang Kancil memiliki susunan yang sangat mirip layar, dalang dan gamelan klasik Wayang Kulit. Dalang duduk didepan layar kain besar dengan tampilan boneka. Boneka yang tidak digunakan dalam kinerja tertentu menyebar kekiri dan kanan disamping layar. Hewan liar, memiliki karakter buruk seperti harimau, singa, buaya dan babi liar. Sedangkan yang ditempatkan disebelah kiri adalah hewan jinak itu mewakili orang-orang baik seperti rusa, burung, sapi, ikan dan kuda, ditempatkan disisi kanan layar. Kadang-kadang, bagaimanapun, kinerja tidak dilakukan 'dibabak' dan Wayang ditempatkan kedinding sehingga penonton hanya melihat boneka dari belakang dalang.
Wayang Suluh
Bentuknya baik potongan maupun pakaiannya mirip dengan orang dalam kehidupan sehari-hari. Wayang ini timbul pada masa perjuangan kemerdekaan yaitu tahun 1945 - 1949. Wayang Suluh berarti Wayang Penerangan, Kata Suluh berarti pula obor sebagai alat penerangan ditempat gelap. Wayang Suluh dibuat pertama kali pada tahun 1947 oleh Departemen Penerangan RI. Wayang Suluh dipergunakkan untuk penyuluhan yang bersifat propaganda perjuangan agar Bangsa Indonesia bersemangat berjuang dalam rangka tokoh perjuangan seperti Soekarno dan Hatta serta tokoh-tokoh Belanda.
Bahan Dasar : Kulit Kerbau dan Tanduk Kerbau
"Sesuluh" berarti memberikan penjelasan atau membuat hati yang gelap menjadi terang, memberikan pencerahan dari yang belum tahu menjadi mengerti.
"Penyuluhan" emberikan pengertian, penjelasan suatu hal baru kepada masyarakat yang belum mengerti sehingga mereka paham akan suatu program pembangunan yang dilakukan pemerintah Orde Baru, bahasa sekarang "Sosialisasi".
"Penyuluh" atau Juru Penerang, adalah orang atau pegawai pemerintah yang tugasnya memberikan penyuluhan atau penerangan tentang berbagai program pemerintah kepada masyarakat.
"Dalang" pada jaman itu juga berlaku sebagai Juru Penerang pemerintah ikut menyebarluaskan program-program pembangunan dan salah satu medianya adalah dengan menggunakan Wayang Suluh.
Wayang Kulit Sasak
Wayang Kulit Sasak berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Disebut Sasak karena pembuatannya berasal dari etnis Sasak. Penatah Wayang Sasak sampai saat ini ialah Amak Rahimah. Dahulu Wayang Sasak dipergunakan untuk berdakwah agama Islam dipulau Lombok. Sekarang dipertontonkan dan untuk Upacara adat, misalnya masyarakat Malang Kecamatan Gerung, Kabupaten Lombok Barat. Bentuk Wayang Sasak mirip dengan Wayang Kulit Gedog. Koleksi Wayang Kulit Sasak yang ada diMuseum Wayang dibuat tahun 1925. Cerita Wayang Sasak mengisahkan Amir Hamzah (Paman Nabi Muhammad SAW). Amir Hamzah dalam Wayang Kulit Sasak, namanya diganti sesuai dengan nama Indonesia (Jawa) yaitu Wong Agung Menak Jayangrana. Pedoman yang dipakai huruf bahasa Jawa, diambil dari serat Menak karangan Yosodipura.
Bahan Dasar : Kulit Kerbau dan Tanduk Kerbau
Wayang Kulit Cina Jawa
Wayang Kulit Cina Jawa lahir di Yogyakarta tahun 1925 dan diciptakan oleh Gan Thwan Sing. Diperkirakan, Wayang ini pernah berjaya sekitar 1930 hingga 1960-an. Setelah sang dalang sekaligus penciptanya wafat sekitar tahun 1966, Wayang ini pun punah.
Bahan Dasar : Kulit Kerbau dan Tanduk Kerbau
Wayang Kulit Cina Jawa satu-satunya di Indonesia yang terdapat di Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Cerita Wayang Kulit ini mengambil dari Cina, Naskah Ceritera Wayang Cina menurut Penelti Budaya Cina-Jawa dari Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Dwi Woro Retno Mastuti pada saat ini masih terdapat sebanyak 119 naskah yang tersebar diberbagai tempat a.l. : Perpustakaan Nasional Indonesia Jakarta, FIPB-UI, Museum Radyo Pusta-Museum Sono Pustaka Surabaya, Sedangkan sisanya ada di Leiden Belanda dan di Berlin Jerman. Sedangkan musik dan bahasanya memakai kebiasaan Jawa.
Legenda Cina digunakan sebagai materi cerita lakon Wayang. Sementara tata cara pertunjukkan Wayang Jawa digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan legenda China. Konsep perkawinan dua budaya yang berbeda ini dituangkan dengan menulis lakon-lakon Wayang gaya Mataraman. Teks-teks lakon Wayang China-Jawa tersebut ditulis dalam bahasa dan Askara Jawa. Lakon-lakon itu digubah dari Khasanah folklor China kuno yang populer dalam masyarakat China perantauan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar